Senin, 26 April 2010

Tidak Mempersoalkan Hal Kecil



Kemaren saya mengalami suatu kejadian yang cukup membuat saya belajar satu hal baru lagi.
saya masuk kantor seperti biasa. Ada pengumuman yang diberikan oleh pemimpin saya bahwa kami harus rapat jam 5 sore, setelah jam kerja tentunya. Saya di beritahu kalau rapat ini wajib untuk semua karyawan. Awalnya saya agak menolaknya, dlaam hati tentunya. Tetapi karena ada kata wajib, maka mau tidak mau saya harus melakukan perintah atasan saya tersebut. Seiring berjalannya waktu, saya baru mengetahui bahwa ternyata pemimpin saya merencanakan tidak akan datang dengan alasan tertentu, dan bukan hanya dia saja, melainkan banyak rekan-rekan saya yang tidak mau datang dengan berbagai kepentingan pribadi mereka masing-masing. Saat itu juga saya merasa ketidak adilan kembali saya alami. Saya pikir pemimpin yang baik ketika mengatakan hal ini diwajibkan atau diharuskan, maka dia pun akan datang. Saya merasakan rasa kesal dan perasaan yang tidak enak. Semangat saya untuk bekerja pun turun dan mulai terpengaruh oleh perasaan saya. Saya menantikan jam 5 sore dengan perasaan yang tidak enak. Merasa tidak adil. mau ikut mereka untuk tidak hadir, tetapi setengah hati saya mengatakan saya harus hadir sebagai wujud tanggung jawab saya sebagai seorang karyawan yang baik. Akhirnya jam 4 saya pulang kerja dan tanpa istirahat saya langsung bersiap-siap berangkat kembali ke kantor. Saya sudah merasa tidak enak badan, ditambah rasa kesal dalam hati menambah rasa malas untuk kembali ke kantor. Saya juga sempat mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kukatakan pada rekan saya yang tidak mau berangkat sebagai bentuk rasa kekecewaan saya. Saya menggerutu dan langsung bercerita juga dengan beberapa orang teman saya. Saya merasa ini sesuatu yang besar, yang penting dan semua harus mengikuti apa yang menjadi pendapat saya. Akhirnya saya mengikuti rapat tersebut dan ternyata juga tidak seberat yang saya kira, rapat berjalan begitu saja, dan saya tidak mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan. Semua berjalan seperti biasa saja. Saya pulang dan istirahat, karena merasa kelelahan dan capek. Keesokan harinya saya masih merasa capek dan malas untuk bekerja. Bahkan sempat ingin memutuskan tidak berangkat kerja. Tetapi saya pikir lagi, apakah hal ini sesuatu yang sangat besar dan begitu penting sehingga saya harus melakukan hal-hal itu? Saya disadarkan kembali bahwa hal itu tidaklah terlalu menjadi masalah jika tidak dibesar-besarkan oleh saya sendiri. Ada beberapa hal yang sebenarnya tidak perlu saya lakukan menghadapi hal yang sebenarnya kecil ini, tetapi bagi saya menjadi besar, antara lain :
  • saya tidak perlu merasa iri hari terhadap rekan-rekan yang tidak mau berangkat, termasuk atasan saya sekalipun
  • saya tidak perlu membujuk dan mengharapkan mereka hadir, itu keputusan masing-masing, dan semua orang mempunyai kepentingan masing-masing, apa yang mereka putuskan tidak ada hubungannya dengan saya, tetapi tanggung jawab kepada Tuhan, jadi tidak perlu merasa iri
  • tidak perlu membicarakan keburukan atau kelemahan orang lain, karena akan mendaji kebiasaan yang tidak baik
  • saya tidak perlu marah dan kecewa, karena bekerja adalah untuk Tuhan bukan untuk manusia, Tuhan akan melihat hasil jerih payah kita, dan bukan manusia.
akhirnya saya ingin kita semua tidak mempersoalkan hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu kita persoalkan, karena hanya akan membuang waktu dan energi kita saja. fokuskan pada apa uyang menjadi bagian kita, itu hal terpenting. Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Juka kita melakukan untuk rekan, atasan, kita akan merasa kecewa, karena mereka juga manusia.
janganlah prestasi kerja kita dan hidup kita dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi di sekitar kita.
Selamat bekerja!

Rabu, 21 April 2010

ada makna di balik semuanya

Suatu ketika saya akan pulang ke Sukabumi, dari Bandung, saya menunggu bus.
Bus yang saya nantikan tidak kunjung datang. Hati saya mulai kesal. Akhirnya bus itu datang juga, tanpa pikir panjang saya langsung naik dan memasuki bus itu. Saya segera mencari tempat duduk. Tetapi saya merasa sangat kesal karena merasa di bohongi oleh kondektur yang mengatakan bahwa masih ada tempat duduk, padahal satu pun tidak ada kursi yang kosong. Saya pun menahan marah dan kesal saya dalam hati. Merasa sudah menunggu lama, begitu dapat bus, tidak ada kursi kosong. Saya membayangkan selama tiga sampai empat jam harus berdiri di dalam bus yang lama kelamaan juga banyak penumpang yang naik. tidak sedikit pula penumpang yang mengalami hal yang sama dengan saya. Saya melihar raut wajah penumpang-penumpang lain yang kecewa karena tidak mendapat tempat duduk. Dalam hati saya, saya mulai menerima kondisi dan suasana ini, walaupun tidak bisa menyembunyikan rasa kesal juga. Saya mulai melihat jendela bus yang terang. Hari itu sekitar jam tiga sore, terik matahari masih menyinari semua hal di luar sana. Saya melihat sepanjang jalan tol ternyata terdapat suatu pemandangan yang luar biasa indahnya. Alam ini ternyata menyajikan suatu pertunjukan yang luar biasa, yang hanya bisa kita lihat ketika kita mau menyadarinya. saya menghirup nafas panjang dan mulai merasakan kesegaran seakan saya berada jauh di luar bus yang begitu sesak dan padat. Saya seakan merasakan kesegaran yang luar biasa indahnya, tanpa menyadari bahwa saya sedang dalam kondisi yang tidak begitu nyaman di dalam bus. Kemudian saya memutuskan untuk menikmati perjalanan yang menyediakan berbagai macam pengalaman dan pelajaran berharga daripada terus memikirkan suasana di dalam bus yang tidak nyaman dan akan membuat saya kehilangan kesempatan untuk menikmati indahnya perjalanan yang sudah Allah sediakan untuk saya. Saya belajar untuk tidak terus memikirkan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa dihindari. Seperti terus memikirkan andaikata saya tidak naik bus ini, andaikan saja saya mendapat tempat duduk yang nyaman, andaikata saya bisa memarahi kondektur yang telah membohongi saya.... Saya belajar bahwa memikirkan hal itu adalah sia-sia dan tidak mengubah apapun. Saya jauh merasa tenang dan bahagia ketika saya meninggalkan pikiran itu dan menikmati apa yang ada, termasuk kondisi dan suasana yang tidak kita inginkan. Ada banyak hal dalam hidup ini yang memaksa kita untuk memikirkan jal-hal kecil yang sebenarnya sepele. Ingatlah bahawa ada hal lain yang jauh lebih penting dan bermakna dari pada hal-hal kecil yang menyita pikiran dan waktu kita. Memang ada kalanya hal-hal kecil perlu dipikirkan dengan serius, tetapi tidak perlu menghabiskan energi dan perasaan kita.
SELAMAT MENIKMATI APA YANG ADA DIDEPAN KITA, SAYA YAKIN DI BALIK SEMUA HAL YANG TERJADI, BAIK ITU BAIK ATAUPUN HAL YANG BURUK,TUHAN PASTI PUNYA SESUATU YANG JAUH LEBIH INDAH YANG INGIN DIA TUNJUKKAN BUAT KITA NIKMATI DAN ALAMI.

Senin, 12 April 2010

Komunikasi dan Hubungan antar Pribadi

Secara luas komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk tingkah laku seseorang , baik verbal maupun non verbalyang ditanggapi orang lain tidak sekadar pertukaran kata atau ungkapan pesan tertentu.
ada tiga unsur dalam komunikasi, yaitu :
  1. Komunikator (orang yang menyampaikan pesan dalam komunikasi)
  2. Pesan komunikasi
  3. Komunikan (orang yang menerima pesan komunikasi)
selain ketiga unsur tersebut, ada satu hal lagi yang penting dalam komunikasi, yaitu Media Komunikasi (bisa dalam bentuk lisan, tulisan atau bahasa tubuh)

Kepada siapa saja kita berkomunikasi?
komunikasiyang paling banyak terjadi dan mudah dilihat adalah komunikasi antar manusia. Namun tidak emnutup kemungkinan bahwa komunikasi pun bisa dilakukan dengan obyek yang lain. Komunikasi termasuk kebutuhan yang alamiah manusia. Manusia membutuhkan dan melakukan komunikasi terhadap dirinya sendiri, orang lain, makhluk ciptaan lainnya dan terhadap Tuhan.
Hampir tiap saat kita berkomunikasi dengan orang lain. Kikta berkomunikasi dengan orang tua, guru, teman dan anggota masyarakat lainnya.
Ada banyak cara kita berkomunikasi, diantaranya adalah dengan melakukan percakapan, surat, hingga penggunaan teknologi komunikasi (telepon dan e-mail).
Manusia pun dapat berkomunikasi dengan makhluk ciptaan yang lain, misalnya dengan hewan dan tumbuhan. Dengan memelihara dan merawat binatang peliharaan atau bunga kesayangan, merupakan salah satu bentuk manusia berkomunikasi dengan makhlik ciptaan lain.
Berdoa dan melakukan ibadah adalah bentuk manusia untuk melakukan Tuhan, Sang Pencipta.

Ada banyak cara untuk melakukan komunikasi. Tentunya komunikasi harus dilakukan dengan cara yang baik, agar tujuan kita berkomunikasi dengan orang lain dapat tercapai.
Dibawah ini ada beberapa cara yang baik untuk melakukan komunikasi dnegan ornag lain.
  1. BERBICARA TENTANG KESAMAAN KITA DENGAN ORANG LAIN Adanya kesamaan (similarity) antara diri kita dengan orang lain akan membuat kita saling menyuka i(liking)” [The Attraction Paradigm, Byrne, 1973]
  2. MEMBICARAKAN KESUKAAN ORANG LAIN Orang akan senang dengan kita bila kita berbicara tentang hal-hal yang disukai mereka.
  3. MEMBUAT ORANG MERASA PENTING
  4. MENGINGAT NAMA ORANG Mengingat nama seseorang berarti mengingat seluruh diri orang tersebut sekaligus wujud perhatian kepadanya.
  5. TIDAK MERASA RENDAH DIRI Perasaan rendah diri akan menyebabkan kekakuan dalam pergaulan. Orang yang rendah diri, biasanya terlalu memperhatikan kegagalan hidup dan kurang memperhatikan kisah suksesnya.
  6. BERPENAMPILAN BERSIH DAN RAPI Umumnya orang akan menyukai kebersihan dan kerapian.
  7. MENGGUNAKAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL YANG MENYENANGKAN Dalam interaksi sosial dengan orang lain sering kali komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan menyebabkan orang menjadi tidak menyukai kita.
  8. MENYIAPKAN MENTAL UNTUK MENERIMA KRITIK Bila kita mudah tersinggung dan cepat putus asa maka akan sulit bagi kita untuk berhasil dalam pekerjaan.
Selamat berkomunikasi.